tiket.com: Menjadi agen perjalanan online yang tumbuh paling cepat di Indonesia dengan Google Cloud

Tentang kami tiket.com

Didirikan pada 2011, tiket.com hadir sebagai salah satu pelopor OTA (online travel agency/agen perjalanan online) di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan tiket penerbangan, hotel, kereta api, penyewaan mobil, dan hiburan. Sejak tiket.com didirikan, jumlah karyawannya telah berkembang dari 20 orang menjadi sekitar 1.000 orang. Pada 2017, tiket.com diakuisisi oleh GDP Venture, yang juga berada di balik Blibli.com. Setelah akuisisi, tiket.com mengubah logonya dan membuat tagline baru: "Mau ke mana? Semua ada tiketnya!"

Industri: Wisata & Pelayanan
Lokasi: Indonesia

Beri tahu kami masalah Anda. Kami selalu siap membantu.

Hubungi kami

Tentang kami Tentang Aliz

Aliz adalah Google Cloud Premier Partner dengan spesialisasi big data dan machine learning. Berkantor di Budapest, Singapura, dan München, perusahaan ini membangun dan menyediakan solusi untuk perusahaan dalam mendapatkan insights berharga tentang bisnis mereka, membuat proyeksi masa depan, serta mengoptimalkan proses.

Dengan Google Cloud, tiket.com mampu mengendalikan biaya dan meningkatkan skalabilitas, keandalan, dan kinerja, serta mendapatkan insights yang diperlukan untuk mewujudkan visinya untuk menjadi agen perjalanan online yang paling customer-centric, atau berfokus pada pelanggan, di Indonesia. Perpindahan ke Google Cloud memungkinkan tiket.com untuk memberikan pengalaman berkualitas tinggi kepada pelanggan ketika terjadi puncak permintaan seperti yang terjadi selama Online Tiket Week, yaitu ketika harga tiket pesawat dan menginap di hotel turun hingga 50%.

Hasil Google Cloud

  • Menyediakan layanan yang lebih personal bagi pelanggan
  • Menyelaraskan biaya penggunaan infrastruktur dan mengakomodasi puncak permintaan tanpa gangguan
  • Menyelesaikan pembangunan ulang infrastruktur dengan zero downtime

Membangun infrastruktur untuk mendapatkan 15x pertumbuhan pendapatan

Teknologi baru merubah ekspektasi dan perilaku wisatawan. Mereka sekarang lebih nyaman mudah memesan penerbangan, hotel, mobil sewaan, dan produk dan layanan lainnya secara online. Agen perjalanan online/online travel agency (OTA) yang memungkinkan pelanggan untuk membandingkan, membaca ulasan, dan memesan hotel dan layanan lainnya, memainkan peran yang semakin penting dalam sektor wisata. Kini, tiket.com adalah salah satu OTA yang tumbuh paling cepat di Indonesia. Diluncurkan pada tahun 2011 dengan sekitar 20 karyawan untuk memasarkan produk hiburan, tiket.com sekarang mempekerjakan sekitar 1.000 orang.

Pada 2017, tiket.com diakusisi 100% oleh GDP Venture, yang juga berada di balik Blibli.com, lalu melakukan ekspansi dalam periklanan dan pemasaran. Contohnya, iklan LED di bandara, papan iklan di seluruh Indonesia, dan co-branding dengan maskapai penerbangan serta strategi pemasaran melalui media sosial. Hal ini mendorong peningkatan sebanyak 15 kali lipat dalam pendapatan, 4 kali peningkatan dalam pengguna aktif, dan 4 kali peningkatan dalam transaksi sejak tahun 2017 hingga 2019.

Menjadi OTA yang paling customer-centric di Indonesia

"Visi kami adalah menjadi OTA yang paling customer centric atau berfokus pada pelanggan di Indonesia — artinya kami memberikan layanan yang memberikan pengalaman pelanggan sebaik mungkin," kata Firman Gautama, VP Infrastructure & Security di tiket.com. "Ini berarti menggunakan teknologi yang dapat diandalkan, sesuai dengan tujuan, dan paling baik dalam memenuhi persyaratan teknis dan bisnis kami, daripada hanya berfokus pada produk dan layanan yang mutakhir."

Awalnya, tiket.com dimulai dengan infrastruktur yang terdiri dari server fisik bare metal dan mesin virtual serta layanan yang disediakan oleh sistem cloud tradisional. Namun, ketika bisnis memperluas horizon bisnisnya, tiket.com perlu mengatasi keterbatasan infrastruktur yang ada dan meningkatkan kemampuan analisis data dan pelaporannya. Lantas, tiket.com mengevaluasi layanan cloud yang tersedia, lalu akhirnya memilih layanan Google Cloud untuk infrastruktur dan data berdasarkan berbagai pertimbangan, termasuk:

  • Kemudahan mengelola dan menganalisis data melalui layanan seperti BigQuery analytics data warehouse
  • Kesederhanaan layanan infrastruktur Google Cloud
  • Latensi jaringan yang relatif lebih rendah dari Google Cloud dibandingkan layanan cloud alternatif lainnya
  • Potensi untuk mengurangi biaya infrastruktur

Adanya peluncuran Google Cloud region baru di Indonesia juga memungkinkan tiket.com untuk lebih mudah mematuhi undang-undang baru mengenai perlindungan data pribadi yang diharapkan akan diterapkan pada tahun 2020.

"Kami bekerja bahu-membahu dengan Google Cloud dan engineer mitra dalam environment everything-is-code yang memungkinkan kami untuk, dengan mudah, membangun produk dan fitur baru, beradaptasi dengan perubahan pelanggan, pasar, atau keadaan bisnis, dan beralih dengan cepat ke proyek dan aktivitas yang baru."

Firman Gautama, VP Infrastructure & Security, tiket.com

Mendukung lonjakan permintaan

Lebih lanjut, Google Cloud dapat mendukung lonjakan permintaan pelanggan selama acara-acara khusus seperti Online Tiket Week — ketika pelanggan dapat memperoleh tiket pesawat dan hotel tetap dengan diskon hingga 50% — tanpa mengorbankan ketersediaan atau kinerja.

tiket.com menetapkan serangkaian objektif untuk mengoptimalkan penerapan infrastruktur Google Cloud-nya. "Kami ingin memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna situs web dan aplikasi seluler kami; memungkinkan produk-produk digital untuk masuk lebih cepat ke pasar, dan mentransformasi bisnis kami menjadi 'pabrik inovasi’," kata Gautama. "Dari sisi teknis, mengatur GUI dan API di Google Cloud adalah hal yang mudah; kita dapat mem-boot mesin virtual di Compute Engine hanya dalam 40 detik; dan Google Cloud memberikan titik awal yang ideal untuk menggunakan sistem container-orchestration open-source Kubernetes, yang juga memberi kami fleksibilitas untuk mengambil pendekatan cloud-agnostic bagi infrastruktur kami."

Perusahaan mempertimbangkan tiga opsi untuk proyek ini: menyelesaikan penerapan Google Cloud dengan pengalaman tim yang terbatas dan kebutuhan untuk mempertahankan tingkat layanan teknologi internal; menggunakan keterampilan dan pengalaman tim sales, engineering, dan technical account management Google Cloud; atau melibatkan mitra strategis yang dapat memberikan industry-focused experience dan bekerjasama dengan tim teknis internal tiket.com untuk merancang arsitektur dan memberikan pelatihan dalam penggunaan layanan Google Cloud sehingga tiket.com dapat membangun produk akhirnya di Google Cloud itu sendiri.

Dukungan dari Google Cloud dan mitra

Dari tiga pilihan yang ada sebelumnya, tiket.com memilih kombinasi dukungan dari Google Cloud dan mitra ahli dalam teknologi Google Cloud. Setelah meninjau opsinya, tiket.com memilih Google Cloud Premier Partner Aliz, sebuah perusahaan dengan spesialisasi big data dan machine learning yang berkantor di Budapest, München, dan Singapura, untuk membantu proses deployment.

Proyek ini dimulai dengan deep-dive exercise selama tiga hari yang melibatkan tujuh engineer dari tiket.com, dua engineer dari Google, dan satu engineer dari Aliz. Exercise ini menggabungkan penilaian internal terhadap environment teknologi tiket.com, evaluasi unwritten-knowledge perusahaan, dan diskusi tentang harapan dan impian perusahaan. Acara ini menghasilkan arsitektur referensi cloud dan infrastruktur lengkap yang dirancang berdasarkan everything-is-code — memungkinkan tiket.com untuk mengotomatiskan tugas yang berulang seperti provisioning, konfigurasi, dan deployment sekaligus mengurangi biaya, mengurangi risiko, dan men-deploy lebih cepat. "Kami bekerja bahu-membahu dengan Google Cloud dan engineer mitra dalam environment everything-is-code yang memungkinkan kami untuk dengan mudah membangun produk dan fitur baru, beradaptasi dengan perubahan pelanggan, pasar, atau keadaan bisnis, dan beralih dengan cepat ke proyek dan aktivitas yang baru," kata Gautama.

Lantas, tiket.com mulai menyederhanakan arsitektur teknologinya, memanfaatkan layanan Google Cloud sebanyak-banyaknya. "Kami tidak bisa berhenti beroperasi selama satu tahun untuk membangun ulang — kami harus memastikan zero downtime sambil mengatasi tantangan teknis lainnya, seperti perangkat lama yang menyimpan beberapa terabyte data, server yang melayani lebih dari 10 terabyte file-file kecil, dan kegagalan dan gangguan perangkat keras," kata Gautama.

"Kami baru saja memulai dengan Google Cloud — di mana semua layanan dasar sudah tersedia dan percepatan delivery telah menjadi kenyataan."

Firman Gautama, VP Infrastructure & Security, tiket.com

Pembangunan ulang sepenuhnya

Awalnya, proyek ini bertujuan untuk mengangkat dan memindahkan beban kerja dari infrastruktur yang tidak dapat diandalkan ke infrastruktur Google Cloud. Namun, proyek ini berakhir dengan membangun ulang sepenuhnya berdasarkan infrastructure as code, integrasi dan deployment flows berkelanjutan, dan penggunaan penuh fitur instance group management Compute Engine, termasuk penskalaan otomatis, autohealing, dan load balancing. "Melalui proses ini, kami belajar cara menggunakan Virtual Private Cloud, firewall, dan load balancers, baik internal maupun eksternal, di Google Cloud," kata Gautama. "Kami juga belajar cara menyesuaikan integrasi dan deployment yang berkelanjutan serta menciptakan kembali sistem pemantauan kami untuk mendukung layanan dan pemulihan server."

Perusahaan berhasil menyelesaikan proyek dalam dua fase. Fase kedua mengharuskan penerapan sejumlah layanan mikro dalam arsitektur yang didominasi oleh Java, tetapi semakin melibatkan Go. Environment juga memasukkan teknologi seperti Kafka, MongoDB, Elasticsearch, SQL, dan RabbitMQ. "Dengan bantuan dari Google Cloud dan Aliz, kami berhasil menyelesaikan pembangunan ulang dengan zero downtime meskipun proyek membutuhkan perpindahan ratusan layanan, beberapa database, dan ratusan terabyte data," kata Gautama.

Layanan mulus selama puncak permintaan

tiket.com mendapatkan berbagai manfaat dari penerapan Google Cloud. Skalabilitas dan stabilitas infrastruktur membuat perusahaan mampu memastikan layanan mulus untuk puncak permintaan selama Online Tiket Week di awal tahun 2019. Penerapan ini juga membuat bisnis memiliki posisi ideal untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan yang menghasilkan peningkatan drastis dalam pendapatan, pengguna aktif, dan transaksi yang terjadi di antara antara 2017 dan 2019.

Lebih lanjut lagi, tiket.com sekarang mampu mengendalikan dan menyelaraskan biaya infrastruktur terhadap permintaan dengan lebih baik. "Dengan Google Cloud, kami tidak perlu membayar untuk kapasitas penuh ketika tidak diperlukan," kata Gautama. Perusahaan berencana untuk meningkatkan skalabilitas, otomasi, dan efisiensinya menggunakan Google Kubernetes Engine untuk mengelola penggunaan Kubernetes.

"BigQuery dan Dataproc menawarkan kemampuan yang lebih besar bagi kami untuk menganalisis data dan menghasilkan insights yang kami butuhkan untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih relevan. Selain itu, kami bisa menyuarakan dan memberikan umpan balik serta rekomendasi produk dan fitur kepada para engineer Google."

Firman Gautama, VP Infrastructure & Security, Tiket.com

Tim data menggunakan sumber daya internal

Sementara itu, tim data tiket.com memilih untuk menggunakan sumber daya internal untuk membuat arsitektur data yang berpusat pada BigQuery analytics data warehouse. Tim menyelesaikan proyek selama enam bulan sejak September 2018, dan melengkapi BigQuery dengan Kubeflow untuk menjalankan model machine learning di Kubernetes. Contoh model machine learning meliputi prediksi makanan untuk pelanggan maskapai, mesin rekomendasi, dan pengembangan chatbot. Penggunaan Kubeflow mampu memberikan fleksibilitas selama masa pengembangan untuk membuat banyak tim mengerjakan beberapa proyek pada saat yang bersamaan.

tiket.com sekarang mengakses sumber daya komputasi yang disediakan melalui Compute Engine, fungsionalitas jaringan melalui VPC, dan load balancing yang dapat diukur melalui Cloud Load Balancing. Cloud Storage menyimpan dan menyediakan akses mudah ke data untuk tiket.com, sementara Pub/Sub dan Dataflow menangkap dan memproses data. Cloud SQL menyediakan layanan database relasional, sementara perusahaan menggunakan Docker yang berjalan di Compute Engine untuk proyek-proyek AI/machine learning.

Pengalaman pelanggan yang lebih personal

BigQuery menyediakan berbagai laporan untuk tiket.com, sehingga manajemen dan tim dapat memantau hasil KPI (Key Performance Index) bisnis secara real time. Misalnya, tim pemasaran dapat melacak hasil KPI pemasaran online dan offline dan mengalokasikan anggaran yang sesuai. Selain itu, tiket.com juga membangun mesin rekomendasi untuk memberikan pengalaman yang lebih personal kepada pelanggan, dan dengan Natural Language API, mampu menganalisis teks dan membuat analisis sentimen dari ulasan pengguna, media sosial, dan sumber lainnya.

"Kami baru saja memulai dengan Google Cloud — di mana semua layanan dasar sudah tersedia dan percepatan delivery telah menjadi kenyataan," kata Gautama. "BigQuery dan Dataproc menawarkan kemampuan yang lebih besar bagi kami untuk menganalisis data dan menghasilkan insights yang kami butuhkan untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih relevan. Selain itu, kami bisa menyuarakan dan memberikan umpan balik serta rekomendasi produk dan fitur kepada para engineer Google."

Beri tahu kami masalah Anda. Kami selalu siap membantu.

Hubungi kami

Tentang kami tiket.com

Didirikan pada 2011, tiket.com hadir sebagai salah satu pelopor OTA (online travel agency/agen perjalanan online) di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan tiket penerbangan, hotel, kereta api, penyewaan mobil, dan hiburan. Sejak tiket.com didirikan, jumlah karyawannya telah berkembang dari 20 orang menjadi sekitar 1.000 orang. Pada 2017, tiket.com diakuisisi oleh GDP Venture, yang juga berada di balik Blibli.com. Setelah akuisisi, tiket.com mengubah logonya dan membuat tagline baru: "Mau ke mana? Semua ada tiketnya!"

Industri: Wisata & Pelayanan
Lokasi: Indonesia

Tentang kami Tentang Aliz

Aliz adalah Google Cloud Premier Partner dengan spesialisasi big data dan machine learning. Berkantor di Budapest, Singapura, dan München, perusahaan ini membangun dan menyediakan solusi untuk perusahaan dalam mendapatkan insights berharga tentang bisnis mereka, membuat proyeksi masa depan, serta mengoptimalkan proses.