Style Theory: Merevolusi industri fashion dengan Google Kubernetes Engine
Tentang kami Style Theory
Style Theory adalah aplikasi rental pakaian tanpa batas dengan langganan bulanan, menawarkan kenyamanan untuk memakai koleksi busana desainer berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Didirikan oleh Raena Lim dan Chris Halim di Singapura pada tahun 2016, Style Theory menentang budaya sekali-pakai dengan mendukung 130.000 penggunanya, yang merupakan pecinta mode, untuk menyewa pakaian alih-alih membeli.
Beri tahu kami masalah Anda. Kami selalu siap membantu.
Hubungi kamiStyle Theory berhasil menghemat anggaran dengan bermigrasi ke Google Cloud dan mempercepat waktu peluncuran produk baru ke pasar dengan Google Kubernetes Engine untuk menciptakan infrastruktur yang lebih efisien.
Hasil Google Cloud
- Memangkas waktu deployment dari hitungan hari ke menit
- Memperbaiki proses pengambilan keputusan dengan data yang tepat
- Meningkatkan ketepatan pengiriman hingga 99% dengan Google Maps Platform
- Menyederhanakan proses orientasi karyawan baru dengan single sign-in
Menurunkan biaya operasional dari $1,400 menjadi $30
Fashion, bisa dibilang, merupakan salah satu industri kreatif yang dinamis dan inovatif, namun juga merupakan penyebab polusi terbesar kedua di dunia. Hal inilah yang mendorong pendiri Style Theory untuk memulai bisnis "fashion rental" berbasis langganan ini pada tahun 2015. Konsepnya? Buatlah para pecinta mode menyewa baju dengan cara yang sama ketika mereka membelinya secara online, yang mana setiap potong pakaian tersebut dapat berperan dalam mengatasi masalah limbah dan polusi pakaian.
"Kami memulainya dengan menargetkan para wanita yang memiliki banyak pakaian di lemari mereka namun masih merasa tidak punya cukup banyak baju," kata Hengky Sucanda, Head of Engineering, Style Theory. Tiga tahun kemudian, perusahaan ini berkembang lebih dari sekedar perusahaan rental pakaian, dan mulai menyediakan layanan konsinyasi untuk tas rancangan desainer. Meskipun ini hanyalah awal dari banyak hal di masa yang akan datang, Style Theory tetap memastikan bahwa semua layanannya tetap mengacu pada filosofi bisnisnya untuk mendukung konservasi lingkungan. "Kami menjunjung tinggi sustainable consumption dengan serius, dan kami selalu memastikan bahwa layanan kami, terlepas dari jenis produknya, tetap mengacu pada filosofi kami," tambah Hengky.
Mengoptimalkan operasional dan menghemat biaya dengan Google Cloud
Agar lebih maju selangkah dibanding kompetitornya, Style Theory selalu mencari cara dalam berinovasi dan bereksperimen dengan ide-ide baru untuk memenuhi gaya hidup pelanggannya dengan cara yang sustainable. Baik dalam peluncuran produk baru ataupun pembuatan alur kerja agar lebih efisien, perusahaan ini terus mencoba dan mengembangkan rantai data baru. Sejak bermigrasi ke Google Cloud di tahun 2017, waktu deployment telah berhasil dipangkas dari hitungan jam menjadi hitungan menit, sehingga Style Theory memiliki lebih banyak waktu untuk fokus ke hal lain yang lebih penting, seperti pengembangan layanan mereka.
"Sebelumnya, kami memerlukan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari, untuk mengembangkan data value chain yang baru, namun dengan Google Kubernetes Engine (GKE), kami hanya membutuhkan waktu lima hingga sepuluh menit untuk menciptakan new environment, dan proses data development dapat dilakukan secara bersamaan," kata Setyven. Selain itu, proses deployment yang cepat itu juga menyisihkan waktu lebih bagi para analis untuk berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah bisnis, daripada tertahan untuk menyelesaikan masalah infrastruktur.
"Google Kubernetes Engine sangat membantu kami dengan continuous integration (CI), membuat proses deployment menjadi jauh lebih sederhana sehingga dapat kami lakukan dengan lebih sering. Ini juga memungkinkan kami untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan cepat dan mudah, dan meningkatkan pengalaman pengguna secara berkesinambungan," tambahnya.
Sebelum menggunakan GKE, Style Theory hanya memiliki satu server sehingga seringkali terjadi bottleneck atau antrian panjang dalam sistem. Namun sekarang, para analis dan engineer dapat menjalankan environment yang terpisah, bahkan menjalankan dua environment secara bersamaan bila mereka perlu mengubah set data yang berbeda.
Yang lebih utama, sejak menggunakan BigQuery, perusahaan berhasil menurunkan biaya operasional secara signifikan. "Kami berhasil menekan biaya operasional hingga 15 kali. Saat kami menghabiskan lebih sedikit untuk infrastruktur, kami dapat membelanjakan lebih banyak untuk pelanggan kami, seperti menambah koleksi pakaian kami," kata Setyven, Head of Data di Style Theory. Dia juga menambahkan bahwa, dengan Google Cloud, perusahaan dapat menyimpan docker images untuk kepentingan deployment tanpa harus membayar pihak ketiga, yang mana hal ini tidak mungkin dilakukan sebelumnya.
"Google Kubernetes Engine sangat membantu kami dengan continuous integration (CI), membuat proses deployment menjadi jauh lebih sederhana sehingga dapat kami lakukan dengan lebih sering. Ini juga memungkinkan kami untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan cepat dan mudah, dan meningkatkan pengalaman pengguna secara berkesinambungan."
—Hengky Sucanda, Head of Engineering, Style TheoryMenggunakan data untuk memahami pelanggan
Singapura dan Indonesia adalah pasar yang sangat berbeda satu sama lain. Hal ini menyebabkan Style Theory menggunakan pendekatan bisnis yang berbeda untuk masing-masing negara dalam memenuhi kebutuhan dan gaya hidup pelanggannya. "Di Singapura, persentase wanita di tempat kerja jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia, sehingga koleksi baju kerja lebih laku di sana. Sementara di Indonesia, kami harus menyediakan berbagai koleksi hijab karena banyak wanita Muslim," kata Hengky.
Dengan begitu banyak variabel di pasar yang besar seperti Indonesia, penggunaan BigQuery untuk menghasilkan dan menganalisis data sangatlah penting dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan perusahaan. "Saat semakin berkembang, kami perlu memahami pasar dengan lebih baik lagi. Melalui BigQuery, kami dapat menganalisis data dengan lebih mudah sehingga dapat menentukan langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan melakukan ekspansi pasar," kata Hengky.
Style Theory mencoba melihat kesempatan selain model langganan dan bergerak ke arah sewa sesuai kebutuhan (on demand). Membayar biaya bulanan untuk menyewa pakaian bukanlah hal yang lumrah di Indonesia, namun sebenarnya mereka akan bersedia untuk melakukan sewa saat ada kebutuhan tertentu. "Salah satu celah yang kami temukan dengan BigQuery adalah, sebenarnya ada permintaan pasar ini di Indonesia, terutama untuk rental pakaian formal. Orang-orang tidak (merasa) perlu membeli pakaian hanya khusus untuk datang ke pernikahan, contohnya, sehingga kebutuhan inilah yang mau kami penuhi di pasar Indonesia."
Masalah lain yang dihadapi Style Theory ketika meluncurkan layanannya di Indonesia adalah sulitnya mencari alamat yang tepat saat pengiriman barang. Namun, sejak menggunakan Google Maps Platform, perusahaan tersebut sudah berhasil meningkatkan ketepatan pengiriman hingga 99%. "Tidak seperti Singapura yang mana kode pos menunjukkan lokasi persis suatu tempat, alamat di Indonesia sedikit sulit untuk ditemukan melalui kode pos. Google Map Platform menjadi solusi masalah ini, dengan membantu pelanggan untuk menentukan pin lokasi mereka sehingga barang dapat diantar ke tempat yang benar," kata Hengky.
"Saat semakin berkembang, kami perlu memahami pasar dengan lebih baik lagi. Melalui BigQuery, kami dapat menganalisis data dengan lebih mudah sehingga dapat menentukan langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan melakukan ekspansi pasar."
—Setyven, Head of Data, Style TheoryMemperbaiki proses internal dengan Google Workspace
Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, jumlah pegawai dan persediaan juga meningkat. Dengan Google Workspace, Style Theory mampu mengorganisasi proses internalnya dengan teratur selagi terus berkembang.
"Kami sangat bergantung pada Sites untuk menyebarkan materi awal bagi pegawai baru. Dengan Gmail single sign-in, proses orientasi karyawan baru menjadi sangat mudah," kata Hengky.
Style Theory juga menggunakan Docs, Sheets, dan Slides dalam operasional sehari-hari, karena dengan tersimpannya semua di cloud, semua karyawan dapat berkolaborasi dengan mudah saat mengerjakan suatu dokumen. "Kami memiliki banyak dokumen dan file yang dibagikan melalui Drive. Hal ini memudahkan kami dalam mengatur dan menjalankan proyek, karena kami dapat menggabungkan atau memisahkan masing-masing proyek sesuai kebutuhan. Dengan tersimpannya semua file di satu tempat, kami juga dapat mengontrol biaya kami dengan lebih baik karena dapat memantau semuanya dengan lebih efisien," kata Setyven.
"Dengan infrastruktur yang memadai, kami siap untuk mengembangkan bisnis kami dan menyediakan cara yang lebih sustainable bagi pelanggan untuk mengkonsumsi barang di lokal dan internasional. Kami juga akan membangun user-generated content pada aplikasi kami dan memasangkannya dengan Google AI," jelas Hengky.
"Tidak seperti Singapura yang mana kode pos menunjukkan lokasi persis suatu tempat, alamat di Indonesia sedikit sulit untuk ditemukan melalui kode pos. Google Map Platform menjadi solusi masalah ini, dengan membantu pelanggan untuk menentukan pin lokasi mereka sehingga barang dapat diantar ke tempat yang benar."
—Hengky Sucanda, Head of Engineering, Style TheoryBeri tahu kami masalah Anda. Kami selalu siap membantu.
Hubungi kamiTentang kami Style Theory
Style Theory adalah aplikasi rental pakaian tanpa batas dengan langganan bulanan, menawarkan kenyamanan untuk memakai koleksi busana desainer berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Didirikan oleh Raena Lim dan Chris Halim di Singapura pada tahun 2016, Style Theory menentang budaya sekali-pakai dengan mendukung 130.000 penggunanya, yang merupakan pecinta mode, untuk menyewa pakaian alih-alih membeli.