Chope: Menggunakan Google Cloud untuk membantu pengguna menemukan restoran dan hidangan baru

Tentang kami Chope

Chope adalah platform dining yang beroperasi di Singapura, Hong Kong, Shanghai, Bangkok, Phuket, Jakarta, dan Bali. Sekitar 3.000 mitra restoran dan 1,5 juta pengguna menggunakan website dan aplikasi Chope untuk mencari restoran, membuat reservasi, dan mendapatkan penawaran dining spesial.

Industri: Wisata & Pelayanan
Lokasi: Singapura

Beri tahu kami masalah Anda. Kami selalu siap membantu.

Hubungi kami

Dengan Google Cloud, Chope memproses, menganalisis, dan melaporkan 775.000 records per hari dengan cepat, membantu pengguna menemukan restoran di sekitar mereka, dan mencari restoran yang menyajikan hidangan yang mereka inginkan.

Hasil Google Cloud

  • Memperoleh analisis dan insight dengan cepat dari 775.000 records per harinya
  • Menambahkan fungsi pencarian restoran pada website dan aplikasinya
  • Memungkinkan untuk meluncurkan fitur pencarian baru hanya dalam satu bulan

Mendukung 3.000 restoran dan 1,5 juta pengguna

Asia Timur adalah rumah bagi berbagai macam hidangan dan restoran, sehingga membuat pengalaman dining atau bersantap menjadi lebih menarik bagi penduduk lokal maupun turis. Pada tahun 2011, Arrif Ziaudeen, pengusaha asal Singapura, dan mitra bisnisnya melihat kesempatan untuk mengenalkan sistem reservasi online ke wilayah ini. Tujuh tahun kemudian, bisnis Ziaudeen, Chope, telah berkembang hingga ke Singapura, Hong Kong, Bangkok dan Phuket di Thailand, Shanghai di China, dan Jakarta dan Bali di Indonesia. Sekarang, ada sekitar 3.000 restoran dan 1,5 juta pengguna yang menggunakan website dan aplikasi Chope, serta berbagai plug-in Facebook dan website restoran untuk menyempurnakan pengalaman dining mereka.

Namun, layanan Chope tidak hanya terbatas pada reservasi restoran. Pengunjung dapat meraih loyalty point, berupa Chope Dollars, yang dapat ditukar dengan berbagai reward, dan voucher tunai di restoran-restoran yang berpartisipasi. Selain itu, Chope juga menyediakan fitur yang memungkinkan pemilik restoran untuk menjalankan bisnis mereka dengan lebih efektif, seperti Table Management System untuk pengaturan meja yang lebih efisien, menandai saat tamu datang dan pergi, serta mengoptimalkan waktu turnaround meja.

Pola pikir untuk terus berinovasi

Pola pikir Ziaudeen tentang inovasi membawa Chope terus melaju dalam meningkatkan pengalaman pengunjung dan mitra restoran.

Setelah melisensikan perangkat lunaknya dalam beroperasi, Chope memindahkan data, aplikasi, dan layanannya ke cloud namun masih membutuhkan analisis data dan kemampuan pelaporan yang lebih kuat.

"Kami menjalankan database terkait transaksi pada penyedia cloud kami sebelumnya, dan menyalin informasi tersebut ke perangkat lunak lainnya untuk kepentingan analisis dan pelaporan," kata Raymond Ong, Product Manager, Data & Logic di Chope. "Namun, record tersebut seringkali terduplikasi atau mendapat pesan error, sehingga prosesnya menjadi lambat dan rumit. Hal ini menjadi hambatan yang signifikan bagi kami untuk memperoleh insights yang lengkap dan tepat waktu untuk proses pengambilan keputusan."

Chope memutuskan untuk memperbaiki proses analisis dan pelaporannya, dan mulai mencari solusi lain yang dapat memenuhi kebutuhan Chope tanpa mengganggu layanan dan proses bisnisnya.

"Kami menerima dukungan yang besar dari Google dalam membuat dan membangun data warehouse dan data pipeline yang kuat. Google membantu kami untuk menemukan solusi yang memenuhi persyaratan bisnis dan teknis kami, serta memberikan panduan dan umpan balik terhadap arsitektur kami."

Raymond Ong, Product Manager, Data & Logic, Chope

Kemudahan BigQuery

"Selagi kami mencari beberapa opsi, kami melihat bahwa kemampuan BigQuery dalam menjalankan query super cepat benar-benar mendorong kami untuk menjadikannya sebagai analytics data warehouse kami," jelas Ong. "Menurut kami, produk ini sangat mudah digunakan, sekaligus memenuhi semua kebutuhan kami terkait kecepatan dan akurasi."

Tim teknologi Chope juga terkesan dengan fitur layanan real time messaging Cloud Pub/Sub dan kemampuan data wrangling yang ditawarkan Cloud Dataprep.

Karena itu, Chope memutuskan untuk menggunakan BigQuery dan layanan Google Cloud lainnya. Di akhir tahun 2016, Chope mulai bermigrasi ke Google Cloud dan meneruskan operasinya dengan arsitektur multi-cloud.

"Kami menerima dukungan yang besar dari Google dalam membuat dan membangun data warehouse dan data pipeline yang kuat," terang Ong. "Google membantu kami untuk menemukan solusi yang memenuhi persyaratan bisnis dan teknis kami, serta memberikan panduan dan umpan balik terhadap arsitektur kami."

Chope menggunakan Cloud Dataflow untuk mengubah dan memperkaya data dari sumbernya, seperti penyedia cloud lainnya serta dari berbagai platform tracking acara dan pemasaran, juga menggunakan Looker Studio untuk menyiapkan laporan dan dashboard yang interaktif. Selain itu, Chope juga menggunakan layanan data staging dan data lake yang disediakan oleh Cloud Storage.

"Google Cloud memungkinkan kami untuk merealisasikan proyek yang tidak akan berjalan di saat kami kekurangan sumber daya teknis."

Raymond Ong, Product Manager, Data & Logic, Chope

Menggunakan Machine Learning

Chope menggunakan model machine learning untuk meningkatkan kemampuan pencarian dan personalisasi untuk layanannya. Sekarang, workload machine learning dan data-processing terkait berjalan pada Kubernetes Engine cluster, dan Chope juga berencana untuk mulai memanfaatkan Cloud Machine Learning Engine untuk menjalankan aplikasi pelatihan machine learning Tensorflow.

Awalnya, Chope sudah memilih Compute Engine untuk menjalankan infrastruktur Apache Airflow-nya sendiri, namun mereka melihat kemungkinan lain untuk menggunakan Cloud Composer, yang mana dalam proses alpha testing-nya dapat mengelola pembuatan dan penjadwalan Apache Airflow. "Bila kami menggunakan layanan ini, kami tidak perlu mengalokasikan waktu dan sumber daya kami untuk menjalankan infrastruktur Apache Airflow kami sendiri," jelas Ong. "Kami tidak sabar untuk mempelajari Cloud Composer dan diundang ke program alpha."

Akhirnya, ketika penggunaan Cloud Dataprep menurun setelah menstabilkan proses ekstraksi, transformasi, dan loading pada Apache Airflow dengan Cloud Composer, Chope tetap melihat value pada produk itu. "Cloud Dataprep tetap merupakan alat yang hebat bagi kami untuk mempelajari data baru yang tidak terstruktur sebelum mengerjakan bagian teknisnya," kata Ong. "Interface-nya juga sangat interaktif dalam memvisualisasikan transformasi data dan memberikan feedback yang cepat terkait output transformasinya. Cloud Dataprep juga menunjukkan missing atau mismatched value pada dataset, sehingga memudahkan kami untuk membuat konsep pipeline transformasi untuk dataset tersebut."

Merampungkan proyek dengan sumber daya terbatas

"Google Cloud memungkinkan kami untuk merealisasikan proyek yang tidak akan berjalan di saat kami kekurangan sumber daya teknis,' kata Ong. "Selain itu, kami juga dapat bergerak lebih cepat. Kami tidak mungkin dapat membangun data warehouse kami secepat ini – hanya dengan dua orang dalam satu tim – tanpa kemudahan dari layanan Google Cloud."

Arsitektur Google Cloud telah memungkinkan Chope untuk menggunakan datanya dengan efektif – sekitar 775.000 records per hari, baik dari sumber data yang terstruktur maupun tidak terstruktur – untuk proses analisis dan pelaporan yang cepat. Hal ini juga memungkinkan Chope untuk membuat keputusan dengan cepat dan efektif dalam meningkatkan kinerja dan pengalaman penggunanya dalam menggunakan website dan aplikasinya.

"Kami tidak memiliki banyak pengalaman menggunakan Kubernetes untuk menjalankan containerized applications. Dengan Kubernetes Engine, kami dapat mempelajari dasar-dasarnya dengan cepat. Ini menunjukkan bagaimana Google Cloud membuat kami lebih gesit dan mengadopsi teknologi baru dengan lebih mudah."

Raymond Ong, Product Manager, Data & Logic, Chope

Google Cloud API meningkatkan pengalaman pengguna

Chope juga menggunakan Cloud API untuk memperluas pencarian nama restoran dan membuat fitur yang memungkinkan pengguna untuk menemukan restoran baru yang menarik. "Kami melihat banyak orang suka mencari restoran dalam area tertentu atau dekat landmark tertentu," kata Ong. "Contohnya, mereka mungkin mencari restoran Jepang di dekat stasiun kereta. Dengan menggunakan informasi Google Places dari Google Maps API, pengguna dapat menemukan tempat yang tepat dari daftar suggested results untuk menemukan restoran terdekat."

Meluncurkan fungsi pencarian baru dalam waktu satu bulan

Dengan Kubernetes Engine, Chope dapat meluncurkan fungsi pencarian baru dalam waktu satu bulan saja, dan menambah jumlah virtual machine pendukung untuk memastikan query times memenuhi harapan pengguna. "Kami tidak memiliki banyak pengalaman menggunakan Kubernetes untuk menjalankan containerized applications," kata Ong. "Dengan Kubernetes Engine, kami dapat mempelajari dasar-dasarnya dengan cepat. Ini menunjukkan bagaimana Google Cloud membuat kami lebih gesit dan mengadopsi teknologi baru dengan lebih mudah."

Chope juga menggunakan Cloud Translation API untuk mendukung pencarian dalam Bahasa Mandarin tentang hidangan restoran tertentu. "Riset kami menunjukkan bahwa Cloud Translation API menerjemahkan beberapa istilah dalam Bahasa Mandarin ke Inggris dengan paling akurat, sebelum diaplikasikan ke mesin pencarian kami," jelas Ong.

Dengan Google Cloud, Chope berada dalam posisi yang tepat dalam upayanya untuk terus meningkatkan kualitas layanannya – dan melebarkan sayap ke pasar yang baru.

Beri tahu kami masalah Anda. Kami selalu siap membantu.

Hubungi kami

Tentang kami Chope

Chope adalah platform dining yang beroperasi di Singapura, Hong Kong, Shanghai, Bangkok, Phuket, Jakarta, dan Bali. Sekitar 3.000 mitra restoran dan 1,5 juta pengguna menggunakan website dan aplikasi Chope untuk mencari restoran, membuat reservasi, dan mendapatkan penawaran dining spesial.

Industri: Wisata & Pelayanan
Lokasi: Singapura